HERITABILITAS DAN RIPITABILITAS
A.
Herittabilitas
Dengan heritabilitas menggambarkan bagian dari ragam
penotipik dalam satu populasi yang disebabkan oleh hereditas (genetic). Dugaan
heritabilitas berhubungan dengan perbedaan individu atau kelompok individu dan tidak dengan nilai absolutnya. Lebih jelasnya, dugaan heritabilitas suatu sifat merupakan bagian
dari perbedaan –perbedaan pada sifat tersebut dalam satu populasi yang disebabkan
oleh herrditas (genetik). Sebagai ilustrasi misalkan heritabilitas ketebalan
lemak punggung pada babi adalah 50
persen. Rata –rata ketebalan lemak punggung pada babi yang mendekati berat 200
pon adalah 1,40 inci. Hal ini tidak berarti bahwa 0,70 inci disebabkan oleh
lingkungan.
Definisi lain dari heritabilitas adalah derajat
kemiripan turunan terhadap tetua mereka untuk satu sifat tertentu. Jika satu
sifat highly heritable berarti ternak dengan penampilan tinggi cenderung
menghasilkan turunan berpenampilan tinggi juga, dan ternak berpenampilan rendah
akan menghasilkan turunan yang berpenampilan rendah pula.
1. Pengertian
Heritabilitas
Heritabilitas
dapat digunakan dalam arti sempit dan arti luas, dan adalah penting untuk
mengetahui perbedaan diantara keduanya.
a. Heritabilitas
arti luas
Heritabilitas
dalam arti luas melibatkan semua pengaruh hereditas dari setiap individu, yaitu
semua pengaruh genetic aditif, dominan dan epistasis.
Heritabilitas
dalam arti luas mengukur pengaruh total genetic terhadap penampilan suatu
sifat, termasuk nilai pemuliaan dan nilai kombinasi gen. Heritabilitas dalam
arti luas ini bukan suatu konsep yang aplikatif. Dengan demikian, karena nilai
kombinasi gen tidak dapat diwariskan sehingga tidak menggambarkan hubungan
antara penampilan dan potensinya sebagai tetua.
b.
Heritabilitas
arti sempit
Dalam
arti sempit, heritabilitas hamper semuanya disebabkan oleh aksi gen aditif atau
pengaruh rata –rata individu gen yang ada dalam suatu populasi. Dalam program
pemulian ternak, diperlukan heritabilitas dalam arti sempit yang merupakan
imbalan ragam genetic aditif terhadap ragam penotipnya. Hal ini hampir sama
dengan persentase kemajuan genetic yang diperoleh pada generasi yang akan
dating apabila individu –individu terbaik dipilih untuk tetua.
Alasan
alasan untuk mempertimbangkan heritabilitas dalam arti sempit adalah :
a) Ragam
genetic aditif adalah penyebab utama dari kesamaan diantara kerabat.
b) Heritabilitas
dapat dihitung dari pengamatan yang dilakukan dalam populasi
Sebagai satu ukuran
matematik, heritabilitas selalu positif, berkisar dari nol sampai satu, atau dalam
bentuk persentase, 0%- 100%. Sifat –sifat dengan heritabilitas mendekati nol
hampir tidak heritable, dan sifat –sifat yang mendekati satu adalah sangat
heritable.
2. Arti
Penting Heritabilitas
Dugaan
heritabilitas mengatakan sesuatu tentang jumlah kemajuan yang mungkin diperoleh
dalam seleksi untuk satu sifat tertentu. Untuk contoh, heritabilitas tingkat
pertambahan berat badan pada sapi pedaging adalah sekitar 50 persen. Hal ini
berarti bahwa 50 persen dari ragam total dari pertambahan berat badan dan sapi
ini disebabkan oleh ragam genetic dan sekitar 50 persen lagi disebabkan oleh
ragam lingkungan.
Dengan
demikian, perbedaan pada sapi jantan yang digemukkan dibawah kondisi lingkungan
yang sama disebabkan sebagian oleh perbedaan genetiknya. Apabila heritabilitas
satu sifat tinggi, kolerasi diantara penotipe dan genotype dari individu –individu
juga tinggi, dan seleksi berdasarkan penotipe individu akan efektif. Dugaan
heritabilitas yang tinggi juga mengindikasikan bahwa aksi gen aditif adalah
penting untuk sifat tersebut dan perkawinan antar individu terbaik akan
menghasilkan turunan yang terbaik juga.
Sering
juga terjadi, dugaan heritailitas untuk sifat adalah rendah (10-15 persen) atau
lebih rendah lagi. Suatu dugaan heritabilitas yang rendah menyatakan bahwa
kolerasi yang rendah antara genotipe dan fenotipe.
Dugaan
heritabilitas rendah juga menyatakan bahwa ragam yang disebabkan aksi gen
aditif mungkin kecil. Apabila heritabilitas satu sifat rendah maka aksi gen
bukan aditif seperti dominan lebih, dominan dan epistasis adalah penting.
3. Heritabilitas
dan Seleksi
Heritabilitas
sangat penting untuk seleksi sifat –sifat poligenik. Tujuan seleksi adalah
untuk memilih semua individu ternak yang memiliki nilai pemuliaan terbaik untuk
dijadikan tetua bagi generasi berikutnya. Untuk melakukan pekerjaan ini dengan
baik, kita butuh informasi yang bagus tentang calon untuk seleksi. Oleh karena
informasi yang tersedia adalah informasi penotipik, kekuatan hubungan antara
nilai penotipik dan nilai pemuliaan (heritabilitas) adalah sangat berarti.
Perhatikan
bentuk sederhana dari seleksi –seleksi penotipik. Dalam seleksi penotipik, satu
–satunya informasi yang digunakan untuk menentukan apakah satu individu dipilih
atau tidak adalah penampilan yang dimiliki oleh individu tersebut. Data moyang
dan turunan diabaikan. Satu contoh apakah satu individu dipilih (atau ditolak)
berdasarkan pada penampilan fisiknya. Apabila heritabilitas rendah, nilai
penotipik biasanya sedikit menjelaskan tentang nilai pemuliaan, dan hal ini
sulit untuk ditentukan individu mana yang memiliki nilai pemuliaan terbaik dan
juga memiliki potensi tetua terbaik. Akurasi seleksi, atau akurasi perkiraan
nilai pemulian adalah buruk maka tingkat perubahan genetiknya menjadi rendah.
Apabila heritabilitas tinggi, kebalikannyalah yang terjadi. Penampilan suatu
individu pada umumnya menjadi indicator yang baik dari nilai pemuliannya.
Dengan demikian, akurasi seleksi menjadi baik dan perubahan genetic menjadi
cepat.
Situasi
ini sedikit berbeda apabila informasi ini digunakan untuk membuat selaksi tidak
dibatasi penampilan individu. Keuntungan menggunakan informasi moyang dan
turunan adalah bahwa heritabilitas rendah tidak mengarah pada buruknya akurasi
seleksi. Namun demikian, apakah informasi dating dari penampilan individu atau
penampilan kerabatannya, informasi tersebut masih mengandung nilai penotipik,
dan hubungan diantara nilai penotipik dan nilai pemulian adalah penting.
Diketahui sejumlah informasi yang sama, ketepatan seleksi akan selalu lebih
baik untuk sifat yang lebih heritable disbanding yang kurang heritable. Dan
jika ragam genetic adalah sama pada kedua sifat, tingkat perubahan genetic yang
disebabkan seleksi lebih cepat untuk sifat –sifat yang lebih heritable.
4. Heritabilitas
dan Manajemen
Heritabilitas
mengidentifikasikan tingkat perbedaan pada penampilan ternak untuk satu sifat
tertentu oleh factor –faktor heritable sebagai berlawanan pada pengaruh
lingkungan. Untuk sifat –sifat yang memiliki heritabilitas tinggi, perbedaan
pada nilai pemuliaan ternak memiliki pengaruh yang besar terhadap penampilan,
dan perbedaan lingkungan menjadi kurang penting. Sebagai salah satu ketentuan,
produser sering memilih untuk sifat –sifat yang memiliki heritabilitas lebih
tinggi sehingga mereka dapa menghasilkan perubahan genetic yang cukup besar.
B.
Ripitabilitas
Hubungan antara produksi pertama dengan produksi berikutnya
pada individu tersebut diamati sebagai pengulangan penampilan produksi yang
biasa disebut repitabilitas (angka pengulangan) disimbolkan dengan huruf t.
repitabilitas merupakan parameter genetic yang penting dalam ilmu pemuliaan
ternak selain heritabilitas.
a.
Repitabilitas dapat didefinisikan sebagai berikut :
1.
Repitabilitas
merupakan bagian dari ragam total (Vp) suatu populasi yang disebabkan oleh
karena perbedaan oleh karena perbedaan antar individu yang berkarakter permanen.
2.
Korelasi
fenotipik antara performans di waktu mendatang pada satu individu.
3.
Menggambarkan
derajat kesamaan antar pengamatan (pengukuran) yang dilakukan berulang selama
masa hidup produktif seekor ternak
Apabila repitabilitas tinggi, maka ternak tersebut menunjukan keunggulan pula pada produksi berikutnya, begitu juga sebaliknya. Repitabilitas meliputi semua pengaruh genetik ditambah pengaruh faktor lingkungan yang berkarakteristik permanen.
Apabila repitabilitas tinggi, maka ternak tersebut menunjukan keunggulan pula pada produksi berikutnya, begitu juga sebaliknya. Repitabilitas meliputi semua pengaruh genetik ditambah pengaruh faktor lingkungan yang berkarakteristik permanen.
secara lengkap rumus t dapat ditulis :
t = Va + Vd + Vi + Vep
Va + Vd + Vi + Vep + Vet
b.
Manfaat Repitabilitas Suatu Karakteristik
1. Dapat
digunakan untuk menaksir nilai maksimum yang dapat dicapai heritabilitas
2. Dapat digunakan untuk menaksir kemampuan
produksi dalam masa produktif seekor ternak.
3. Dapat digunakan untuk meningkatkan
ketelitian seleksi.
4. Apabila nilai repitabilitas suatu
karakteristik tinggi, maka dalam seleksi calon bibit, ternak dapat dipilih
berdasarkan fenotipiknya (karakteristik yang kita ukur).
c.
Penaksiran Repitabilitas
Karena genotip seekor ternak tidak berubah selama hidupnya,
maka dalam pengamatan berulang pengaruh genotype yang sama berlaku, sedang perubahan
(keragaman) yang timbul antara beberapa pengamatan disebabkan oleh perubahan
dalam pengaruh factor lingkungan yng berbeda. Apabila tersedia lebih dari dua
catatan produksi per individu, maka repitabilitas ditaksir dengan menghitung
korelasi antara semua pasangan catatan, kemudian dirata-ratakan. Pada umumnya
repitabilitas lebih mudah penaksirannya karena dapat dilakukan (dibandingkan
heritabilitas) atas dasar catatan produksi yang diulang dalam satu generasi
yang sama tanpa menunggu generasi berikut berproduksi seperti pada penaksiran
heritabilitas. Dengan menghitung korelasi antar catatan telah daoat ditaksir
repitabilitas, tanpa ada catatan silsilah ternak. Oleh karena hal inilah maka
sementara menunggu terkumpulnya data, heritabilitas ditaksir nilai maksimumnya
melalui penaksiran ripitabilitas.
d.
Perbedaan Ripitabilitas dengan Heritabilitas
Dapat
digambarkan dengan grafik yang digunakan untuk menerangkan heritabilitas dengan
garis regresi. Apabila hanya ada pengaruh faktor lingkungan permanen maka
repitabilitas akan lebih tinggi dibandingkan dengan heritabilitas.
Repitabilitas tinggi artinya pengaruh faktor lingkungan temporer tiak
dipentingkan. Dalam keadaan demikiandimungkinksn menggunakan satu catatan
produksi akan cukup hemat untuk menaksir produksi di waktu yang akan datang,
demikian juga untuk repitabilitas rendah.
Heritabilitas merupakan
pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan
sistem perkawinan. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik
terhadap ragam fenotipik.
Heritabilitas adalah
sifat yang diturunkandariindukkepadaketurunannya. Heritabilitas dalam arti luas
hanya dapat menjelaskan berapa bagian dari keragaman fenotipik yang disebabkan
oleh pengaruh genetik dan berapa bagian pengaruh faktor lingkungan, namun tidak
dapat menjelaskan proporsi keragaman fenotipik pada tetua yang dapat diwariskan
pada turunannya. Heritabilitas dalam arti luas tidak bermanfaat dalam pemuliaan
ternak. Kedua, heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense) yaitu
perbandingan antara ragam genetik aditif dengan ragam fenotipik. Heritabilitas
dalam arti sempit selanjutnya disebut heritabilitas atau dengan notasi h2. Secara teoritis
nilai heritabilitas berkisar dari 0 – 1, namun jarang ditemukan nilai ekstrim
nol atau 1 pada sifat kuantitatif ternak. Nilai heritabilitas dikatakan kecil
(rendah) jika nilainya 0 – 0,2; sedang: 0,2 – 0,4 dan besar (tinggi) jika
bernilai lebih dari 0,4.
Nilai heritabilitas dapat dihitung
dengan cara membandingkan atau mengukur hubungan atau kesamaan antara produksi
individu-individu yang mempunyai hubungan kekerabatan. Nilai heritabilitas
dapat dihitung menggunakan beberapa metode estimasi, diantaranya melalui
persamaan fenotip ternak yang mempunyai hubungan keluarga, yaitu antara saudara
kandung (fullsib), saudara tiri (halfsib), antara induk dengan anak (parent and
off spring). Selain itu dapat juga menentukan heritabilitas nyata (realized
heritability) berdasarkan kemajuan seleksi. Estimasi nilai heritabilitas juga
bisa didapat dengan menghitung nilai Ripitabilitas, yakni penampilan sifat yang sama pada
waktu berbeda dari individu yang sama sepanjang hidupnya.
Ripitabilitas dapat digunakan untuk
menduga sifat individu dimasa mendatang. Cara lain menduga nilai heritabilitas
adalah dengan memakai hewan kembar identik asal satu telur. Hewan kembar
identik memiliki genotip yang sama sehingga perbedaan dalam sifat produksi
diantara hewan kembar disebabkan oleh faktor nongenetik.
Dalam pembangunan peternakan ada empat komponen yang saling terkait,
yaitu manusia (peternak) sebagai subjek yang harus ditingkatkan
kesejahteraannya, ternak sebagai objek yang harus ditingkatkan produksi dan
produktivitasnya, lahan sebagai basis ekologi budidaya dan pendukung pakan
serta teknologi sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi produktivitas usaha
peternakan.
Peningkatan produktivitas ternak asli (native) dapat
dilakukan melalui perbaikan lingkungan (mutu pakan dan tatalaksana) serta
program pemuliaan. Peningkatan mutu genetik melalui program pemuliaan dapat
dilakukan dengan perkawinan silang (persilangan) dan program seleksi. Seleksi
dan persilangan merupakan dua metode yang dapat dilakukan dalam perbaikan mutu
genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak. Jadi secara sederhana
pemuliaan ternak merupakan kombinasi antara pengaruh faktor genetik,
tatalaksana pemeliharaan dan faktor keberuntungan (good luck).
Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam
pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang
diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah
seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya
korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik
individu sangat efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka
sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok.
Heritabilitas
atau daya adalah besaran bagi pengaruh peragaman genetic terhadap keragaman
fenotipik dalam suatu populasi biologis.
Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari
dua varians (ragam). Dalam genetika harapan dikenal dua macam heritabilitas.
Heritabilitas arti luas, berupa nisbah varians genotype terhadap varians
fenotipe dan heritabalitas arti luas, berupa nisbah varians genotype terhadap
varians fenotipe dan heritabilitas arti sempit, berupa nisbah varians genetic
aditif terhadap varians fenotipe.
Pendugan
ripitabilitas mengacu pada keterampilan sifat yang sama pada waktu yang berbeda
dalam masa hidup dari individu yang sama. Dengan demikian, tidak ada peluang
pemisahan atau penyatuan bebas dari gen –gennya. Rata –rata, berat sapih seekor
anak sapi dari sapi dara beranak pertama memiliki akurasi sekitar 40 persen
dalam memprediksi seperti apa catatan anak berikutnya. Dengan demikian, jika
seekor betina induk menyapih seekor anak pada laktasi pertamanya adalah 100 pon
lebih berat dari rata-rata semua betina indul dalam kelompoknya, maka pada
tahun –tahun berikutnya betina induk ini akan menyapih anak 40 pon lebih dari
rata-rata kelompoknya.
Pengetahuan
ripitabilitas untuk berbagi sifat mungkin dapat digunakan pada seleksi untuk
penampilan masa yang akan dating. Apabila ripitabilitas satu sifat tinggi,
pengafkiran berdasarkan pada catatan pertama akan efektif dalam meningkatkan
keseluruhan catatan dari kelompok ternak pada tahun yang akan datang.
Ripitabilitas
juga member indikasi berapa banyak catatan harus diperoleh pada satu individu
sebelum ia diafkir dari kelompoknya. Ripitabilitas berat sapih pada sapi
pedaging adalah sekitar 40 persen, sedangkan pada babi untuk jumlah anak
sekelahiran angka ini hanya 16 persen. Dengan demikian, dibutuhkan lebih banyak
untuk mengafkirkan babi berdasarkan jumlah anak sekelahiran disbanding untuk
mengafkirkan sapi pedaging berdasarkan berat sapih anaknya.
Ripitabilitas
mengidentifikasi kesamaan satu individu mengulang catatannya sepanjang
hidupnya. Dengan kata lain, ripitabilitas digunakan dalam seleksi untuk
performan yang akan datang dari individu yang sama.
terimaksih infonya
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih banyak bapak/ ibuk ini sangat bermanfaat
BalasHapusterimakasih ini bermanfaat untuk saya
BalasHapus